Sarjono adalah seorang petani tua yang telah bertani berpuluh tahun lamanya di wilayah Yogyakarta. Film ini mempelihatkan proses seorang petani tua yang mengerjakan sawahnya, tahap demi tahap, sejak mengolah lahannya hingga panen. Sarjono adalah cerminan seorang petani tradisional yang kelak akan sirna ditelan zaman yang semakin modern.
Sarjono is an old farmer who has been farming for decades in the region of Yogyakarta. This film shows the process of an old farmer working on his rice field, step by step, from cultivating of his land to harvest. Sarjono is a reflection of a traditional farmer who will be lost in the modern era.
Title : Sawah Terakhir
English Title : Once upon a Time in Yogyakarta
Film Type : Fiction
Runtime : 12 : 24 minutes
Production House : Montase Productions
Completion Date : 25 June 2017
Budget : US$ 100
Country of Origin : Indonesia
Country of Filming : Indonesia
Shooting Format : HD
Aspek Rasio : 16:9
Film Color : Color & BW
Sound : Stereo
Language : Non-dialogue
Producer : Himawan Pratista
Director : Dwi Saputro
Scriptwriter : Dwi Saputro
Cinematographer : Rian Apriansyah
Audio : Iqbal Ramadhan
Editor : Moh. Azry
Score : Geogrius Yogaswara
Cast : F.X. Sarjono
Pembangunan apartemen, kondominium, student park, dan hotel meningkat pesat di wilayah Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata dan pendidikan. Pembangunan ini mulai menggeser lahan pertanian dan petani tradisional yang dari tahun ke tahun area pengembangan kota semakin meluas. Film ini menggambarkan seorang petani tradisional di Yogyakarta yang suatu ketika akan punah.
The construction of apartments, condominiums, student parks and hotels is increasing rapidly in Yogyakarta region as it is a tourist and student destination. This began to shift traditional farmers, which from year to year, the city development decreased the area of agriculture use-land. This film pictured the life of a farmer in Yogyakarta who will someday be extinct.
Dwi Saputro adalah seorang mahasiswa pertanian yang memperhatikan masalah alih fungsi lahan di Yogyakarta. Tahun 2015, ia bergabung dengan Komunitas Film Montase dan terlibat beberapa produksi film pendek. Dari sinilah, ia mulai memproduksi beberapa film yang sesuai dengan minat dan bidangnya. Once Upon a Time in Yogyakarta (2017) adalah film debutnya.
Dwi Saputro is an agricultural student who is concerned about agricultural land use in Yogyakarta area. In 2015, he joined the Montase film community and involved in several short film productions. From here, he began producing a film that fit his interests and academic fields. Once Upon a Time in Yogyakarta (2017) is his debut film.
Festival Internacional de Imagem de Natureza (FIIN) 2017
Official Selection, Vila Real, Portugal.
#3 Festival Film Jogja Film Academy 2017
Nominasi Film Terbaik Kategori Mahasiswa, Yogyakarta, Indonesia
21st Cinemambiente Environmental Film Festival 2018
Official Selection, Torino, Italia
6th Ecofest 2018
Finalist, Rumania
5th Duemila30 – Short Film Contest 2018
Official Selection, Milan, Italia
South East Asia (SEA) Movie 2018
Selected for Screening & Discussion, Yogyakarta, Indonesia
2nd Bali International Indigenous Film Festival 2019
Selected for Screening & Discussion, Ubud, Bali, Indonesia
Earth Hour – Short Movie Competition 2019
Nominasi Film Terbaik, Yogyakarta, Indonesia
Kuching International Indigenous Film Festival 2019
Selected for Screening, Kuching, Malaysia
Kalimantan International Indigenous Film Festival 2019
Selected for Screening, Palangkaraya, Indonesia
13th Grand Off – World Independent Film Awards 2019
Finalist Best Documentary, Warsawa, Poland.
3rd International Ethnovideographich Festival 2019
Official Selection for documentary, Zamora, Spain.
8th London Eco Film Festival 2019
Official Selection, London, United Kingdom.