Film ini berkisah tentang sebuah pemilihan kepala desa di Indonesia yang menggunakan praktik politik uang. Praktik ini lazim diistilahkan “serangan fajar” dengan memberikan sejumlah uang kepada warga atau pemilih untuk bisa memihak calon tertentu. Film ini dituturkan secara terbalik urutan urutan waktunya yang menyimbolkan kemunduran politik yang ada di negara ini.
The film tells about the process of electing the head of the village office in Indonesia, that running with money politic. A silent act of giving money before the day of voting was called the “dawn attack”. The plot of the film is presented backward to illustrate setbacks in the democratic process in Indonesia.
Title : Segelas Kopi Pahit
English Title: A Glass of Bitter Coffee
Film Type : Fiction
Genre : Drama/Politik
Runtime : 10 minutes
Completion Date : 12 Agustus 2019
Production House : Omah Dhuwur Productions
Distribution : Montase Productions
Budget : 100 USD
Country of Origin : Indonesia
Country of Filming : Indonesia
Shooting Locations : Dusun Palgading, Yogyakarta
Shooting Format : HD
Aspect Ratio : 16:9
Film Color : Color & Black & White
Sound : Stereo
Speed : 25fps
Languange : Indonesian
Producer : Pekik Wenang Ma’ruf Mohammad Mozafari
Director : Pekik Wenang Ma’ruf
Scriptwriter : Moh. Azry
Cinematographer : Antonius Rah Utomo
Editor : Moh. Azry
Audio : Masdhika Dwi Rahmad Husain
Property & Casting: Pekik Wenang
Cast : Brisman H.S.
Politik uang tidak bisa dipisahkan dari dunia politik di Indonesia. Hingga kini, hal ini masih terjadi, khususnya di wilayah pinggiran. Film ini menyajikan adegan “serangan fajar” yang secara langsung memberikan uang kepada warga dari rumah ke rumah yang biasanya dilakukan pada waktu fajar, tepat pagi hari di mana pemilihan dilangsungkan.
Money politic is one thing that cannot be separated from political in Indonesia. Money politic is still happening, especially in rural areas. This film presents a moment called “dawn attack”, namely giving money to residents from door to door which is usually done before voting.
Pekik Wenang Mar’ruf adalah mahasiswa film dari Kota Yogyakarta. Ia bergabung bersama Komunitas Film Montase setelah merasa kurang mendapat pengetahuan tentang film dari kampusnya. Di sinilah ia mulai belajar banyak tentang bahasa visual dalam produksi film. Minatnya terhadap sejarad dan dunia politik di Indonesia membuatnya memproduksi film drama politik The Blank Horizon.
Pekik Wenang is a film student in the city of Yogyakarta. He joined one of the city’s major film communities after feeling he lacked knowledge of film on his campus. In this community, he began to learn a lot about visual language and film production. His interest in Indonesian history led him to make his debut film The Blank Horizon.
Festival Video Edukasi 2019
Nominasi Film Terbaik, Sidoarjo, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.
Festival Film Puskat 2019
Juara 3, Yogyakarta, Indonesia.
12th International Inter University Short Film Festival 2020
Honorable Mention for Best Editing, Dhaka, Bangladesh.