Berkisah Dimas dan Bagus, dua kakak beradik putra Pak Lurah yang tengah mendekati seorang kembang desa bernama Wulan. Mereka memiliki cara dan gaya masing-masing untuk mendekati Wulan. Hari demi hari berlalu, mereka berdua terlihat semakin akrab dengan Wulan. Lantas siapa di antara mereka yang akan dipilih Wulan? Cerita ini diinspirasi dari relief cerita Candi Sojiwan “Burung Berkepala Dua”.
It tells the story of Dimas and Bagus, Head of Village’s son, seeking love from the young and beautiful village girl named Wulan. They have their way and style to approach Wulan. Day after day passed, the two of them seemed to be getting closer to Wulan. So which of them will Wulan choose? This story is inspired by the relief of the Sojiwan Temple story “The Two-Headed Bird”.
Title : Kembang Desa
English Title: –
Film Type: Fiks
Genre: Komedi Roman Remaja
Runtime: 24:31 minutes
Completion Date: 5 Juli 2021
Pelaksana Kegiatan: Balai Pelestarian Cagar Budaya Prov. Jateng
Production House: CV. Nusantara Kreatif & Montase Productions
Distribution: Montase Productions
Est. Budget: 3000 USD
Country of Origin: Indonesia
Country of Filming: Indonesia
Shooting Locations : Ngablak, Magelang, Jawa Tengah.
Shooting Format: HD
Aspect Ratio: 16:9
Film Color: Color
Sound: Stereo
Speed: 25fps
Languange: Indonesian & Javanese
Pengarah: Sukronedi
Penanggung Jawab: Riris Purbasari
Koordinator: Wahyu Kristanto
Pengelola Dokumen: Putu Dananjaya
Pengolah Data: Vety Susilowati Andri Pratiwi
Produser Pendamping: Agung Sentausa
Produser Pelaksana: Rony Alfian
Director: Himawan Pratista
Scriptwriter: Agustinus Dwi Nugroho Himawan Pratista
Asisten Lapangan: Anisa Prastiari
Cinematographer: Antonius Rah Utomo
Asisten Kamera: Maskhun Setiawan
Properti & Kostum: Magdalena Oryza
Bendahara Lapangan: Nanda Bella Dayaningtyas
Audio: Pekik Wenang Moh. Mozafari
Editor: Moh. Azry
Main Cast : Olivia Tamara Thomas Rian Javier Hammam Sugeng Riyanto Didik Nini Thowok Santoso Wuwuh Wiriyanto
Kisah relief candi yang merupakan peninggalan leluhur kita merupakan sebuah tinggalan yang penuh dengan kebijakan, wejangan, dan makna yang masih relevan dengan situasi masa kini. Seri Fiksi Sojiwan adalah satu bentuk karya yang sangat efektif bagi generasi masa kini memahami nilai-nilai tradisi tinggalan budaya masa lampau yang kita miliki.
The story of the temple reliefs, which are relics of our ancestors, is a legacy full of wisdom, advice, and meanings relevant to modern life. The Sojiwan Fiction Series is a form of artwork that is very effective for today’s generation to understand our past cultural heritage values.
Himawan Pratista adalah seorang kritikus film yang juga pembuat film independen, penulis naskah, editor serta pengajar film di akademi film di Kota Yogyakarta. Ia mengajar film sejak tahun 2003 serta pula menulis beberapa buku teori film. Pada tahun 2006, ia adalah satu dari pendiri Komunitas Film Montase yang meraih predikat Komunitas Film Terbaik di Indonesia dalam ajang Apresiasi Film Indonesia tahun 2015. Film-film yang diproduksinya adalah bertema lingkungan dan budaya lokal. Ia selalu terlibat dalam produksi film pendek Montase dan sebagian besar di antaranya meraih prestasi, baik lokal maupun internasional. Ia secara reguler menulis kririk film di website montasefilm.com.
Himawan Pratista is a film critic who is also an independent director, scriptwriter, editor, and lecturer at the film academy in Yogyakarta, Indonesia. He has been teaching film since 2003-2019 and also has written several books about film. Memahami Film (Understanding Film) is his famous book in the country. In 2006, he was one of the founders of Montase Film Community, that has won the best film community award in 2015 (montase.org). He was involved in all Montase production shorts, and most of the films have achieved excellent results, both local and international film festivals. Most of the works he produces are on the environment and local culture theme. He also writes critics regularly at montasefilm.com (Indonesian & English).
–