SENI FILM: MENGUKUR KUALITASNYA
Siapa yang tak suka menonton film? Hampir semua orang mungkin pernah menonton film dan sebagian menjadikan menonton film sebagai hobinya. Menonton film, tentunya bagi sebagian besar penonton hanya dipandang sebagai medium hiburan sebagai pelepas penat keseharian. Namun, bagi sebagian orang, terutama yang menjadikannya sebagai hobi atau bahkan passion-nya, menonton, bisa jadi seperti layaknya pil bagi orang yang tengah sakit. Jika tidak menonton seolah ada sesuatu yang hilang dalam dirinya. Sebenarnya apa sih yang kita dapat selain menonton sebagai hiburan semata? Bagi seorang penikmat film sejati, ada kepuasan tertentu ketika menonton sebuah film, layaknya kita bisa berkomunikasi langsung melalui bahasa visual & audio (sinematik) dengan penciptanya untuk mengirimkan pesan yang ingin disampaikannya.
Seperti cabang seni lainnya, seni lukis, seni musik, seni patung, seni puisi, seni arsitektur, serta lainnya, film merupakan satu bentuk ekspresi manusia yang disajikan melalui kaidah estetikanya masing-masing. Masing-masing memiliki gaya dan bentuk ekspresinya yang khas, dan medium film memiliki gayanya sendiri yang disebut gaya sinematik.
Pilihan terhadap gaya sinematik adalah tak terbatas. Pembuat film atau sineas bisa menggunakan opsi sinematik sesuai dengan seleranya serta mengembangkannya sejauh apa yang ada dalam alam pikiran sadar atau bawah sadarnya. Pembuat film bisa mengekspresikannya dengan bebas sesuai dengan apa yang ia mau. Namun, kebebasan berekspresi dalam medium film, seperti juga seni lainnya, adalah sesuatu yang tentu bisa diukur.
Bisa diukur tentu bermakna bahasa film juga memiliki suatu “batas”. Bukan lantas mengekang medium tersebut, namun batasan ini dimaksudkan untuk mengembangkan seni film itu sendiri. Medium film tentu memiliki ukuran yang dipakai untuk bisa menentukan apakah sebuah karya film dianggap bagus atau tidak. Untuk mengukur ini tentu membutuhkan kriteria dan perspektif yang relatif obyektif untuk menilai sebuah film. Bagi pengembangan medium film sebagai bahasa visual-audio, tentu perspektif sinematik adalah salah satu yang paling ideal.
Montase Press sejauh ini telah menerbitkan lima buah buku tentang film. Buku-buku ini tidak berdiri secara terpisah, namun memiliki kesinambungan satu sama lain yang saling melengkapi sehingga pembaca bisa mencapai satu pemahaman yang utuh. Semua buku ini dapat membantu pembaca untuk memahami lebih jauh tentang perspektif sinematik sehingga diharapkan dapat lebih kritis ketika menonton sebuah film sehingga seni film dapat berkembang. Bagi praktisi film, pengetahuan sinematik ini tentunya dapat lebih mempertajam intuisi sinematik mereka sehingga dapat berkarya jauh lebih baik dari sebelumnya.
MEMAHAMI FILM – 2nd Edition
Buku ini memberi pengetahuan yang mendasar tentang perspektif sinematik secara rinci. Isi buku ini membagi bahasan secara umum tentang aspek naratif (cerita) dan sinematik dan masing-masing membahasnya bagian demi bagian secara terperinci. Pilihan estetik pembuat film melalui pendekatan dua aspek di atas, yang telah dikembangkan sepanjang medium film eksis, semuanya lengkap tersedia di sini.
Buku ini juga membahas jenis film dan bagaimana film fiksi (cerita) bisa dipengaruhi film dokumenter bahkan eksperimental. Buku ini juga membahas genre film populer secara umum. Untuk apa mempelajari genre? Tiap genre tentu memiliki karakteristik estetiknya masing-masing, baik sinematik maupun naratif. Hal ini mengapa, studi genre dan jenis film sangat dibutuhkan karena salah satunya melalui dua pendekatan inilah, pengembangan seni film dapat diukur secara tegas.
Buku ini juga membahas sekilas tentang sejarah film dunia. Sejarah bukan masalah kapan dan di mana, namun adalah bagaimana bahasa sinematik diperlakukan dari era ke era. Tanpa mempelajari sejarah film, dinamika dan perkembangan medium film tidak akan bisa terlihat secara komprehensif. Tanpa mempelajari sejarah film, semua pencapaian yang kita lihat sekarang tidak akan berarti jika kita tidak mengetahui proses bagaimana seni film berkembang dari masa ke masa serta dari satu wilayah ke wilayah lainnya.
Buku ini bisa dibilang adalah sebuah panduan sederhana bagaimana seni film mengekspresikan apa yang ingin disampaikannya melalui pendekatan sinematik. Isi buku ini secara gamblang memberikan pengertian serta pemahaman dengan menggunakan contoh-contoh film populer yang mudah dicari dan dimengerti. Kunci keberhasilan membaca buku ini adalah bukan semata memahami definisinya, namun adalah bisa memahami satu pembahasan melalui contoh film yang diberikan serta mampu mengembangkan dengan contoh referensi film-film lainnya. Tanpa menonton film, mustahil untuk bisa mencapai pemahaman yang sesungguhnya. Dinamika bahasa visual, saat ini berkembang demikian pesat, dan definisi satu istilah bisa berubah dari masa ke masa, namun dengan memahami melalui teks yang sesungguhnya, yakni film, maka perubahan tersebut dapat mudah diantisipasi.
KOMPILASI BULETIN FILM MONTASE Vol.1, Vol.2, dan Vol.3
Buletin Sinema Montase yang terbit sejak tahun 2006 – 2013 hingga 27 edisi merupakan sejarah bagi Komunitas Film Montase. Bagi remaja atau mahasiswa yang sekolah atau berkuliah di Jogja pada tahun-tahun tersebut, bisa jadi akan tahu keberadaan buletin kecil ini. Sejak awal, buletin ini memang dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan bagi para pecinta dan penikmat film di Jogja khususnya, melalui artikel dan ulasannya. Akhirnya, pada tahun 2018, Buletin Sinema Montase dibukukan yang dibagi menjadi 3 volume, yang masing-masing berisi 9 edisi buletin dengan artikel-artikel dan ulasan-ulasan terpilihnya.
Jika Buku Memahami Film (edisi 2) adalah sebuah panduan, maka Buku Kompilasi Buletin ini adalah suplemennya. Ketiga buku ini melengkapi bagian yang tidak ada dalam buku Memahami Film, seperti Sejarah Film Asia (termasuk Sinema Indonesia), Gerakan Sinema Dunia Berpengaruh (French New Wave, Ekspresionisme Jerman, hingga Neorealisme Italia), hingga Sejarah Genre Populer (seperti Horor, Gangster, Superhero). Dari pembahasan tersebut, kita bisa mengetahui lebih rinci tentang bagaimana perkembangan sinema di suatu wilayah, gerakan sinema, hingga genre dari masa ke masa. Ini tentu bukan masalah informasi dan data semata, namun yang terpenting adalah bagaimana sebuah gaya estetik serta genre bisa berkembang secara khusus di masanya. Buku Kompilasi Buletin dengan artikel dan ulasannya ini jelas saling terkait erat dengan Buku Memahami Film agar pembaca bisa mendapatkan pemahaman terhadap medium film secara utuh.
30 FILM INDONESIA TERLARIS 2002 – 2018
Bersama semua ulasan dalam website montasefilm.com, buku ini adalah pembahasan film yang sesungguhnya yang merupakan penerapan dari Buku Memahami Film. Pembaca buku Memahami Film, bisa mendapatkan ratusan contoh bahasa visual yang tidak terdapat dalam buku tersebut melalui semua ulasan dalam montasefilm.com. Esensi dari Buku Memahami Film adalah ulasan dalam montasefilm.com. Semua perkembangan dan dinamika bahasa visual dan dunia film terkini, baik lokal maupun internasional, semua ada di artikel dan ulasan dalam website montasefilm.com. Rasanya, banyak pembaca Buku Memahami Film yang tidak memahami benar ini. Isi konten website ini adalah bukan ulasan biasa atau hanya sekadar ringkasan cerita, namun adalah satu bahasan terperinci bagaimana sisi estetik diperlakukan dalam tiap film, terlebih Buku 30 Film Indonesia Terlaris 2002 – 2018.
Buku 30 Film Indonesia Terlaris 2002 – 2018 adalah juga bukan buku tentang data atau informasi tentang film terlaris. Namun, adalah ulasan mendalam tentang masing-masing film-film terlaris kita, khususnya melalui perspektif sinematik. Masing-masing film diulas melalui perspektif terbaiknya, tidak hanya aspek naratif (cerita) dan sinematik semata, namun juga genre hingga serinya (franchise). Melalui perspektif estetik inilah kita bisa mengetahui posisi film kita saat ini melalui 30 film terlarisnya. Apakah film-film terlaris ini sudah identik dengan film bagus dan berkualitas secara estetik? Semua dibahas di sini secara lengkap dengan pembahasan tentang tren film kita masa kini dan prediksi masa mendatang. Buku ini secara ideal adalah penerapan langsung dari Buku Memahami Film melalui perspektif film-film terlaris Indonesia.