Asosiasi Pengkaji Film Indonesia (KAFEIN) bekerja sama dengan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, didukung oleh Badan Perfilman Indonesia (BPI), menyelenggarakan Konferensi Film Indonesia (Kofi) KAFEIN yang Ke-2, pada tanggal 28 – 30 Agustus 2019 baru lalu. Acara yang berlangsung selama tiga hari ini, bertempat di Teater Kecil ISI Surakarta, Jebres, Kota Surakarta. Acara dibuka langsung oleh Rektor ISI Surakarta dan Perwakilan BPI. Sebelum ini, acara serupa KOFI KAFEIN yang pertama dilangsungkan persis dua tahun yang lalu di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Para peserta berasal dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki program studi Film dan TV, Ilmu Komunikasi, serta berbagai keilmuan yang menggunakan medium film sebagai bahan kajian, seperti Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Bina Nusantara, Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Universitas Negeri Malang, Universitas Padjajaran, Universitas Indonesia, Universitas Marananta, serta Universitas Pelita Harapan. Bertindak sebagai pembicara utama adalah Dag Yngvesson dari University of Nottingham dan pembicara penutup adalah Quirine Van Heeren dari Leiden University.

Dalam kesempatan ini, dua member Komunitas Film Montase Yogyakarta bertindak sebagai pemakalah, yakni Agustinus Dwi Nugroho dan Debby Dwi Elsha. Agustinus Dwi Nugroho yang juga dosen Prodi Film dan TV ISI Yogyakarta mempresentasikan penelitiannya yang berjudul “Teknologi Special Effect di Sejarah Awal Film Indonesia”. Ia berkesempatan untuk menjadi pembicara pertama dalam sesi pertama konferensi tersebut dalam panel bertema technology and history. Sementara Debby Dwi Elsha yang juga dosen Ilmu Komunikasi Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY) mempresentasikan penelitiaannya yang berjudul “Komodifikasi sensualitas Perempuan Dalam Film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1 dan 2” dalam panel bertema Gender and Cinema.
Dalam acara ini, setidaknya ada 37 pembicara yang mempresentasikan penelitian dan makalahnya. Para pembicara ini sebelumnya melalui proses seleksi yang dikurasi oleh tim seleksi abstrak. Acara yang berlangsung selama tiga hari ini berlangsung padat, penuh dengan diskusi yang membangun. Dalam acara ini berbagai topik penelitian tentang film dipresentasikan dari berbagai perspektif. Presentasi dibagi dengan sistem panel yang memiliki tema tiap panelnya, seperti Technology and History, Practice, Film and Resistance, Gender and Cinema, Identity, The Visceral and the Haptic, Regional Cinema dan Space and Environment. Berbagai opini, wacana, dan berbagai pertanyaan muncul sebagai wujud antusiasme dari para peserta konferensi.