Sewon Screening #5 merupakan sebuah acara tahunan yang fokus pada pemutaran (eksibisi) film yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Prodi Film dan Televisi, Fakultas Seni Media Rekam (FSMR), Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Sewon Screening #5 kali ini bertema Econema yang berarti Ekosistem Sinema. Tak hanya melakukan eksibisi film, namun acara ini juga mengadakan serangkaian kegiatan, seperti workshop, forum diskusi, open air screening, special screening, bazzar, dan lain sebagainya.
Salah satu suplemen acara adalah workshop film yang bertajuk Kelas Bunga Matahari (KBM) yang bertempat di studio 1, Prodi Film dan TV, FSMR. Kelas Bunga Matahari (KBM) ini mengambil topik diskusi terkait dengan ekosistem perfilman, produksi, edukasi, distribusi, eksibisi, apresiasi, dan kearsipan. Komunitas Film Montase diundang menjadi salah satu pemateri di Kelas Bunga Matahari (KMB) bertopik Apresiasi dengan tema “Aku Awam, Bolehkah mengkritik film?”. Acaranya berlangsung pada hari Sabtu, 12 Oktober 2019, pukul 9.00 hingga 12.00.
Menjadi pembicara adalah Agustinus Dwi Nugroho yang merupakan perwakilan dari Komunitas Film Montase yang juga salah satu penulis di laman kritik film, montasefilm.com. Pembicara lainnya adalah Ben yang merupakan penulis akuaktor.com yang memfokuskan kritik pada akting.
Diskusi berlangsung secara produktif dan interaktif. Paparan pemateri dan diskusi yang dipandu oleh moderator, Ahmad Rifqhon, mengarah pada hal-hal terkait dengan kritik film di Indonesia. Di negara kita, kritik film memang belum terbangun sebagai industri media seperti di AS. Padahal kritik adalah penyeimbang industri film. Jika industri kritik film di Indonesia eksis, maka tentu pembuat film akan mendapat respon terhadap karyanya sebagai masukan untuk menjembatani film dengan penonton.
Diskusi juga mengarah pada bagaimana seseorang bisa menjadi kritikus film. Pemaparan yang disampaikan terkait bagaimana cara menilai sebuah film. Kunci kritik film adalah penilaian dan argumen. Menilai sebuah film memerlukan penilaian objektif yang jauh dari selera pribadi. Ini yang membedakan seorang kritikus dengan orang awam. Orang awam tentu boleh mengkritik, namun yang membedakan adalah metodenya serta kemampuan membaca sebuah film secara mendalam dan komprehensif. Seorang kritikus memiliki berbagai pendekatan dan kriteria dalam mengkritik sebuah film. Untuk itu, seorang kritikus harus memiliki pengetahuan mendalam soal film dan tentu saja referensi yang memadai karena kritik film sesungguhnya hanyalah komparasi.
Dalam sesi tanya jawab, banyak peserta yang tertarik untuk bertanya ataupun menanggapi paparan narasumber. Dengan dipandu moderator, setidaknya ada sekitar sepuluh orang yang bertanya dalam sesi tanya jawab. Diskusi mengalir secara interaktif. Salah satu hal yang menjadi kesimpulan penting dari diskusi ini adalah pentingnya kritik film untuk mencerdaskan para penonton agar semakin melek dan kritis terhadap film-film kita guna keberlangsungan ekosistem perfilman yang sehat dan seimbang.
Berikut adalah salah satu artikel Montase tentang Bagaimana Cara Menilai Sebuah Film. Silahkan membaca!