Pada hari Sabtu tanggal 16 Januari 2016 pukul 19.30 WIB, komunitas film Montase diundang pada acara screening dan diskusi karya mahasiswa semester 3 Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (minat perfilman), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Ahmad Dahlan. Acara bertempat di aula kampus II UAD, Jalan Pramuka 42, Yogyakarta. Dari komunitas film Montase diwakili oleh A. Dwi Nugroho sebagai narasumber untuk mengomentari karya-karya film mereka. Film-film tersebut merupakan hasil praktek untuk Ujian Akhir Semester pada minat perfilman. Minat perfilman di prodi Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan peminatan baru dan film-film yang dihasilkan merupakan karya pertama dari angkatan pertama yang berjumlah 30 orang. Karya yang diputar terdiri dari tiga karya yang berjudul Jalan menuju pulang, Mengirim Senja, dan Fatimah.
Acara dimulai dengan pemutaran ketiga film yang rata-rata berdurasi sekitar 10 menitan. Setelah pemutaran karya, narasumber dipandu oleh seorang host untuk mengomentari karya-karya tersebut. Pada kesempatan itu narasumber menjelaskan dulu dasar untuk mengkritik sebuah film dengan mengunakan sudut pandang dua unsur film yaitu naratif dan sinematik. Dengan penjelasan singkat, narasumber langsung mengaplikasikan kedua unsur film itu untuk mengapresiasi serta mengkritik film-film tersebut. Dari unsur naratif memfokuskan pada tema cerita, aspek naratifnya, serta struktur naratifnya. Sedangkan dalam unsur sinematiknya memfokuskan pada setting lokasi, pencahayaan, akting pemain, sinematografi, editing, dan suara yang meliputi dialog, monolog, serta musik.
Karya-karya film yang diputar memiliki cerita serta plot yang berbeda, gaya pengemasannya pun juga berbeda. Ada yang mengunakan dialog ada juga yang menggunakan monolog interior sebagai ungkapan suara batin. Secara cerita film-film ini sudah mampu untuk membangun alur serta struktur, walaupun ada alur cerita yang terlampau cepat. Mengirim Senja salah satu film yang tergolong unik karena mengunakan satu setting di pantai pada suasana senja dengan gaya monolog interior yang sangat puitik. Kemampuan akting dan drama dalam ketiga filmnya juga sudah cukup baik. Sebagai karya pertama secara teknis pengambilan gambar dan editingnya juga sudah cukup baik, hanya beberapa hal teknis perlu dibenahi.
Antusiasme peserta terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul berkaitan soal film secara umum dan teknis dalam produksi film. Jurusan Sastra dan Bahasa Indonesia memungkinkan untuk memunculkan ide-ide cerita dari cerpen, novel serta drama panggung untuk diadaptasi dalam film. Gaya bahasa dan sastra juga bisa diterapkan dalam dialog maupun monolog dalam membangun alur cerita. Perfilman memang saat ini telah dirujuk untuk merambah di bidang-bidang seperti sastra dan bahasa Indonesia sebagai perminatan khusus. Dengan media film mahasiswa diajak untuk belajar serta mengaplikasikan ilmu-ilmu bahasa dan sastra dalam wujud film entah itu drama, dialog, alur cerita, penokohan. Sebagai langkah awal, minat perfilman dalam prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra sudah terlihat karya dan geliatnya. Semoga terus berlanjut dan berkarya untuk memajukan perfilman kita.