Pada hari Selasa, 20 Agustus 2019, di CGV Cinema J-walk, Yogyakarta, Montase menghadiri acara pemutaran dan diskusi film restorasi berjudul Bintang Ketjil. Acara ini diselenggarakan oleh Prodi S-1 Film & Televisi Fakultas Seni Media Rekam ISI Yogyakarta yang bekerjasama dengan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Bintang Ketjil merupakan film klasik ketiga yang telah direstorasi pihak Kemendikbud, setelah sebelumnya merestorasi Darah dan Doa dan Pagar Kawat Berduri. Film Bintang Ketjil ini disutradarai oleh Wim Umboh dan Misbach Jusa Biran yang dirilis pada tahun 1963.
Acara ini dihadiri oleh tim restorasi dari Pusat Pengembangan Perfilman (Pusbangfilm) beserta dua pemeran utama filmnya, yaitu Maria Umboh dan Suzy Mambo. Acara dibuka dengan sambutan dari pihak penyelenggara hingga sponsor yang bekerja sama untuk acara ini. Acara dilanjutkan dengan menonton filmnya yang berdurasi 118 menit ini. Setelahnya, tim restorasi dari Pusbangfilm memberikan pemaparan bagaimana proses restorasi film Bintang Ketjil. Penonton juga diperlihatkan bagaimana kualitas gambar sebelum dan sesudah restorasi hingga bagian apa saja yang diperbaiki untuk mendapatkan hasil film yang utuh.


Setelah rehat, acara berlanjut ke sesi tanya jawab yang berlangsung di luar studio, tepatnya di bagian CGV café. Di sana para pemain juga ikut serta dalam sesi tanya jawab. Para penonton diberi kesempatan untuk bertanya apapun terkait dengan film tersebut maupun terkait proses restorasi.
Dalam wawancara yang dilakukan oleh tim Montase kepada tim restorasi dari Pusbangfilm, kami mendapat beberapa hal menarik terkait proses yang ada di balik restorasi Bintang Ketjil. Seperti diketahui, film ini diproduksi pada masa Indonesia sedang mengalami pergolakan ekonomi dan politik. Pada saat itu, produksi film mendapat pengawasan ketat dari pemerintah untuk menghindari hal-hal yang berbau propaganda. Itulah mengapa film pada masa tersebut didominasi oleh film anak-anak atau roman.
Selain itu proses restorasi film bisa memakan waktu paling cepat 5-6 bulan. Kurangnya dukungan penuh dari pemerintah menjadi salah satu kendala mengapa merestorasi sebuah film bisa membutuhkan waktu yang lama dari seharusnya.
Banyak film era klasik kita yang masih tersimpan dan butuh untuk direstorasi, namun ternyata tak mudah mendapat izin untuk merestorasi. Film Bintang Ketjil ini saja membutuh proses lama hingga akhirnya direstorasi pada tahun 2018 silam. Film-film era klasik Indonesia ternyata juga memiliki banyak sekali ilmu yang bisa digali dan dijadikan sebuah pembelajaran bagi generasi masa kini. Isu yang diangkat dalam Bintang Ketjil, faktanya juga masih dialami generasi milenial. Kesenjangan sosial dalam masyarakat, orang tua yang kurang peduli terhadap keinginan anak dan mengumbar janji, namun tidak memenuhinya atau lupa akan hal tersebut.
Harapannya ke depan tentu lebih banyak film era klasik kita yang direstorasi selain untuk memajukan perfilman nasional serta juga demi pendidikan di Indonesia yang lebih maju dengan belajar dari sejarah bangsanya melalui medium film.
Reporter: Luluk Ulhasanah