Di sebuah desa, dikenal sebuah rumah tua angker yang dijaga Mbah Suro. Bonang, preman desa yang telah bolak-balik masuk bui adalah keponakan Mbah Suro. Mbah Suro yang melihat gelagat tidak baik, menasihati Bonang untuk tidak masuk ke dalam rumah tua tersebut yang konon berisi benda-benda antik berharga. Namun, Bonang dan dua rekannya, tidak mengindahkan nasihat Mbah Suro. Cerita ini diinspirasi dari relief cerita Candi Sojiwan “Angsa dan Kura-Kura”.
In a village, there is an old haunted house guarded by Mbah Suro. Bonang, a village thug who has been in prison back and forth, is Mbah Suro’s nephew. Seeing his previous behaviour, Mbah Suro advised Bonang not to enter the old house containing valuable antiques. However, Bonang and his two colleagues did not heed Mbah Suro’s advice. This story is inspired by the relief of the Sojiwan Temple story “The Goose and the Turtle”.
Title : Omah Angker
English Title: –
Film Type: Fiksi
Genre: Horor Komedi
Runtime: 24:46 minutes
Completion Date: 5 Juli 2021
Pelaksana Kegiatan: Balai Pelestarian Cagar Budaya Prov. Jateng
Production House: CV. Nusantara Kreatif & Montase Productions
Distribution: Montase Productions
Est. Budget: 3000 USD
Country of Origin: Indonesia
Country of Filming: Indonesia
Shooting Locations : Ngablak, Magelang, Jawa Tengah.
Shooting Format: HD
Aspect Ratio: 16:9
Film Color: Color
Sound: Stereo
Speed: 25fps
Languange: Javanese
Pengarah: Sukronedi
Penanggung Jawab: Riris Purbasari
Koordinator: Wahyu Kristanto
Pengelola Dokumen: Putu Dananjaya
Pengolah Data: Vety Susilowati Andri Pratiwi
Produser Pendamping: Agung Sentausa
Produser Pelaksana: Rony Alfian
Director: Himawan Pratista
Scriptwriter: Agustinus Dwi Nugroho Himawan Pratista
Asisten Lapangan: Anisa Prastiari
Cinematographer: Antonius Rah Utomo
Asisten Kamera: Maskhun Setiawan
Kostum: Magdalena Oryza
Properti: Hadi Manuto Sugeng Riyanto
Bendahara Lapangan: Nanda Bella Dayaningtyas
Koordinator Lokasi & Pemain: Hadi Manuto Sugeng Riyanto
Audio: Pekik Wenang Moh. Mozafari
Editor: Moh. Azry
Score: Nanang Bayu Aji
Main Cast : Hadi Manuto Harmin Haryoto Teky Nugroho Kuwadi Damiri Sugeng Riyanto Santoso Wuwuh Wiriyanto
Kisah relief candi yang merupakan peninggalan leluhur kita merupakan sebuah tinggalan yang penuh dengan kebijakan, wejangan, dan makna yang masih relevan dengan situasi masa kini. Seri Fiksi Sojiwan adalah satu bentuk karya yang sangat efektif bagi generasi masa kini memahami nilai-nilai tradisi tinggalan budaya masa lampau yang kita miliki.
The story of the temple reliefs, which are relics of our ancestors, is a legacy full of wisdom, advice, and meanings relevant to modern life. The Sojiwan Fiction Series is a form of artwork that is very effective for today’s generation to understand our past cultural heritage values.
Himawan Pratista adalah seorang kritikus film yang juga pembuat film independen, penulis naskah, editor serta pengajar film di akademi film di Kota Yogyakarta. Ia mengajar film sejak tahun 2003 serta pula menulis beberapa buku teori film. Pada tahun 2006, ia adalah satu dari pendiri Komunitas Film Montase yang meraih predikat Komunitas Film Terbaik di Indonesia dalam ajang Apresiasi Film Indonesia tahun 2015. Film-film yang diproduksinya adalah bertema lingkungan dan budaya lokal. Ia selalu terlibat dalam produksi film pendek Montase dan sebagian besar di antaranya meraih prestasi, baik lokal maupun internasional. Ia secara reguler menulis kririk film di website montasefilm.com.
Himawan Pratista is a film critic who is also an independent director, scriptwriter, editor, and lecturer at the film academy in Yogyakarta, Indonesia. He has been teaching film since 2003-2019 and also has written several books about film. Memahami Film (Understanding Film) is his famous book in the country. In 2006, he was one of the founders of Montase Film Community, that has won the best film community award in 2015 (montase.org). He was involved in all Montase production shorts, and most of the films have achieved excellent results, both local and international film festivals. Most of the works he produces are on the environment and local culture theme. He also writes critics regularly at montasefilm.com (Indonesian & English).
–