Superboy adalah film pendek produksi Montase Productions arahan Febrian Andhika. Film ini sebenarnya adalah hasil dari observasi kami terhadap festival-festival film di Indonesia. Setelah sukses film Umbul di beberapa festival film lokal setahun sebelumnya, akhirnya kami menyadari bahwa tiap festival film memiliki pendekatan yang berbeda (faktor juri tentu juga berpengaruh). Secara umum adalah festival yang memiliki muatan edukasi dan satu lagi adalah nilai estetik serta isu yang kuat. Film yang bermuatan edukasi lazimnya bertutur secara gamblang, sederhana, dan memiliki pesan yang jelas dan kuat. Sementara film yang mengutamakan estetik atau bisa pula kita katakan “film art”, lazimnya bertutur tak gamblang, berbahasa visual yang unik, dan seringkali mengaburkan pesannya sehingga seringkali sulit dibaca oleh penonton awam.
Setelah sukses film Umbul, akhirnya kita mencoba untuk memproduksi dua jenis film ini dengan kesadaran akan festival yang akan kita ikuti pun bakal berbeda. Film Superboy ini adalah film bertema anak yang memiliki muatan edukasi kuat yang akan kami kirim ke festival-festival film yang memiliki nilai edukasi kuat. Sementara film 05:55 adalah film unik dengan bahasa visual kuat dengan isu gempa Jogja yang kami kirim ke festival-festival film yang mengutamakan nilai estetik dan isu kuat. Nyatanya, dua film ini masing-masing berhasil pada target festivalnya. Hingga kini pun, kami selalu memproduksi film dengan kesadaran akan festival film yng akan kami ikuti. Film seperti Superboy, tak bakal diminati oleh festival besar, macam Jogja Asian Netpat Film Festival (JAFF) tapi film 05:55 bisa tembus di sana.
Film Superboy sendiri, idenya muncul karena salah satunya genre superhero yang tengah panas saat film ini dibuat. Walau film ini tidak bicara seorang manusia super, namun film ini mengisahkah seorang bocah yang terinspirasi dari film superhero yang ditontonnya. Kisahnya sederhana sekali dengan menggunakan struktur tiga babak yang jelas mengikuti pola film superhero Hollywood lazimnya. Tak heran jika film ini meraih naskah film terbaik di salah satu festival film berskala nasional. Film ini bisa dijadikan contoh untuk membuat struktur tiga babak yang sederhana bagi para pembuat film pemula. Intensitas drama semakin meningkat di klimaks film dengan unsur penutupan yang tegas dan mengharukan.
Secara teknis, kami akui memang banyak sekali kelemahan. Satu faktornya adalah kru dan bujet yang sangat minim. Peralatan sebagian besar adalah sederhana yang sebagian telah kami miliki, dan beruntung kami bisa meminjam peralatan audio mapan dari Grabag TV, Grabag, Magelang, yang juga menjadi lokasi produksi film ini. Semua pemain juga kami ambil dari kota kecil ini, khususnya pemain anak-anak yang semuanya bermain sangat baik. Dengan waktu produksi selama 3 hari, dengan segala kendalanya, akhirnya kami pun mampu menyelesaikan produksi filmnya. Paling sulit tentu adalah ketika mengambil adegan di jurang kecil di pinggir kali yang lokasinya memang benar-benar berbahaya karena kondisinya yang licin dan berbatu. Tak sempurna memang adegan ini, namun idenya tersampaikan.
Sebagai penutup, film ketiga produksi Montase Productions ini akhirnya secara resmi kami publish di channel youtube kami untuk bisa berbagi pengalaman dengan pembuat film pemula di negeri ini. Untuk membuat film, tak harus dengan alat yang mahal dan lengkap, serta kru melimpah. Naskah yang baik sudah cukup untuk membuat film yang baik. Dengan bermodal passion, kesungguhan hati, dan kerja keras semua pasti bisa tercapai. Jika diperhatikan, satu shot dari film ini (ketika sang “Superboy” mengayuh sepedanya di tengah sawah), kami ambil sebagai logo (opening) Montase Productions untuk semua film-film kami hingga kini. “Big things comes from small”. Sesuai tagline film Superboy, “sesuatu yang besar di berasal dari yang kecil”. Moto Montase Productions pun memiliki filosofi yang sama. Selamat menikmati!